“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asyhadu
Allaa Ilaaha Illallaah, Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah Asyhadu Anna Muhammadar
Rasulullah, Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. Hayya’ Alash Shalaah, Hayya’
Alash Shalaah, Hayya’ Alal Falaah, Hayya’ Alal Falaah. Allaahu Akbar Allaahu
Akbar. Laa Ilaaha Illallaah,” Semoga kelak kau menjadi anak yang sholihah.
Aamiin. Pak Purnomo mengumandangkan adzan di telinga putrinya. Kebahagiaan
terbesar seorang Lelaiki ialah menjadi Ayah bagi anak-anaknya.
Kemiskinan tak ubahnya angin berlalu, uang persalinan tidak
mencukupi semua keperluan. Namun, setelah kelahiran putri mereka
tetangga-tetangga berbondong-bondong melihat bayi yang baru lahir itu. Ada yang
membawa uang, baju bayi, perlengkapan mandi, dan sebagainya. Pertolongan ini
sangat meringankan beban keluarga Bapak Purnomo.
Pada dasarnya, tidak hanya kepada Bapak Purnomo. Melainkan, semua
orang di Desa Dalisodo. Gotong royong saling membantu masih menjadi tradisi
kental penduduknya. Budaya timur diagung-agung seluruh dunia.
“Putuku…” kakeknya menggendong suka cita.
Namanya, Kabsya Nur Nafisah. Berharap suatu saat nanti, ia dapat
menjadi pemimpin dengan cahaya kemuliaan. Tidak ada salahnya bermimpi menjadi
pemimpin, meskipun berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu. Tidak ada
salahnya seorang pemimpin berasal dari desa karena “Semua orang bebas bermimpi,
tetapi hanya yang berani bermimpilah yang akan mendapatkan.”
“Jenenge apik, mugo-mugo dadi anak sholeh. Bermanfaat kangge bongso
lan negoro,” Mak Jum,
tetangga keluarga Bapak Purnomo yang sering membantu karena merasa iba.
“Aamiin,” kata Ibu Aminah, Istri Bapak Purnomo. Syukurlah, kondisi Ibu
Aminah semakin membaik, meskipun tidak ada bantuan dokter atau bidan kesehatannya
tidak terganggu sama sekali. Hanya memerlukan istirahat yang cukup.
Comments
Post a Comment